Rabu, 17 Agustus 2011

Membangun dan Membesarkan Komunitas

Belakangan ini kita semua tahu, banyak berdiri berbagai komunitas di berbagai elemen, baik di dunia nyata maupun didunia maya. Ada komunitas pengguna sepeda motor, komunitas pengguna sepeda, komunitas IT, komunitas pecinta tanaman, komunitas pemelihara hewan, komunitas pengguna gadget, komunitas pengguna software, komunitas blogger, komunitas facebook, dan komunitas lain sebagainya. Yang kalau semuanya disebutkan, maka bisa memerlukan satu website khusus. Nah, ide lagi aja nih buat bikin web direktori komunitas. (Halaaaah… yang digarap sekarang aja belum kelar-kelar, udah mau macem-macem lagi aja).
 
Dari banyaknya komunitas yang yang berdiri, tidak sedikit pula yang tumbang, gulung tikar, timbul – tenggelam- timbul – tenggelam-dan gak timbul lagi. Persoalan penyebabnya macam-macam, ada karena konflik internal, masalah keuangan, kurang menarik atau bahkan kalah menarik dibanding komunitas lain, anggota komunitasnya mulai jenuh, dan macam lainnya. Dari segala macam sebab-musabab tenggelamnya suatu komunitas, saya lebih percaya pada satu penyebab, yaitu unsur Manfaat dan Madharat. Sesuatu yang sepertinya menyenangkan tapi jika lama kelamaan tidak memberikan manfaat yang nyata, maka bisa dipastikan subjek yang menjadi bagianya lama kelamaan akan menemukan kejenuhan. Kalau satu persatu jenuh, wassalam… say good bye.

Umumnya, suatu komunitas hadir dengan didasari oleh sekelompok orang yang berkumpul dan berdiskui karena memiliki pandangan, kebutuhan atau ketertarikan pada hal yang sama. Komunitas tidak terlalu mengikat, karena masing-masing individu bisa saja memiliki tujuan yang berbeda.
Contoh :
Seorang pedagang barang antik mempunyai hobi jalan-jalan menggunakan sepeda ontel, maka bergabunglah orang tersebut dengan Komunitas Pengguna Sepeda Ontel. Namun karena ia mempunyai profesi sebagai pedagang barang antik, maka ia juga punya tujuan supaya hobinya tersebut juga memberikan efek positif terhadap profesinya, oleh karena itu setiap ada kopi darat ia juga sekalian membawa beberapa barang antiknya yang siapa tahu teman-teman di komunitasnya memiliki ketertarikan.
Disatu sisi, hobi si pedagang barang antik tersebut dalam menggunakan sepeda ontel bisa tersalurkan dengan lebih menyenangkan di komunitasnya. Tapi, disisi lain juga tujuan individualnya bisa terpenuhi.
Komunitas berbeda dengan organisasi, organisai cenderung lebih ketat dan mengikat. Didasari oleh ketertarikan yang sama atau tidak, dalam organisasi semua individu yang ada didalamnya diarahkan pada satu titik tujuan organisasi tersebut. Kalau komunitas lebih didasari oleh ketertarikan atau lingkungan yang sama, maka kalau organisasi lebih didasari oleh tujuan yang sama.
Komunitas : Dengan ketertarikan pada bidang sama, namun setiap individunya belum tentu memiliki tujuan yang sama
Organisasi : Dengan ketertarikan pada bidang yang belum tentu sama, namun setiap individunya ditekankan pada tujuan yang sama.
Jadi untuk membangun sebuah komunitas, perlu diperhatikan beberapa hal :
Konsep dan Aturan Main

Kalau Sobat (misal) dengan 10 teman Sobat yang memiliki ketertarikan pada hal yang sama, misalnya sama-sama hobi berjalan kaki, kemudian mendirikan Komunitas Pejalan Kaki (KPK) -wiiihhh… saingan tuh namanya :-D -. Maka kalau komunitas tersebut ingin berkembang, janganlah membuat berbagai macam aturan berdasarkan sudut pandang Sobat dan Kesepuluh teman Sobat. Tapi bayangkanlah dari sudut pandang orang-orang yang berada diluar komunitas sobat yang suatu waktu ingin bergabung. Itu memang tidak perlu, kalau sobat tidak menginginkan ada anggota baru, silahkan pegang prinsip lebih baik 11 orang tapi solid, dan jangan harap komunitas tersebut dapat tumbuh. 

Aturan main memang harus ada, tapi jangan sampai mengurangi ketertarikan orang lain untuk bergabung. Ingat lho, orang yang mau bergabung berarti memiliki ketertarikan atau kebiasaan atau lingkungan yang sama dengan sobat, dan tujuannya belum tentu sama. Jadi, buatlah aturan yang bisa melindungi dasar kesamaan di komunitas tersebut dan juga bisa mewadahi tujuan masing-masing membernya, dengan catatan tidak merugikan dan saling berbenturan.
Kalau memang ingin setiap individualnya memiliki tujuan yang sama, maka lebih baik jadikan itu sebagai organisasi, bukan komunitas. Contoh sederhana adalah KasKus, sebagai The Largest Indonesian Community, pernahkah kita menemukan tujuan yang sama diantara anggotanya atau paling tidak dicetuskan oleh Andrew “Mimin” Darwis untuk diikuti oleh para member KasKus  ?. Sulit dan sepertinya kita tidak dapat menemukannya.  Di situ kita akan melihat kalau KasKus sebagai sebuah komunitas tumbuh karena membernya mempunyai ketertarikan yang sama, yaitu kasak-kusuk di forum internet, yang kemudian oleh KasKus dibuatlah beberapa wadah topik untuk kasak-kusuknya. Tetapi intinya sama-sama hobi aktif di forum, dan setiap member punya tujuan yang berbeda. Ada yang tujuannya mau jual-beli, ngegosip, cari pasangan, bertanya, share informasi dan lain sebagainya.

Analisa
Baik, sekarang kita anggap komunitas yang kita bangun sudah ada tapi belum booming. Maka yang perlu kita lakukan adalah menganalisa. Sejauh manakah orang mengenal komunitas kita ?, lho, apakah ini perlu ?. Terserah sobat, kalau memang komunitasnya ingin tumbuh besar, jelas ini perlu. Tidak jarang, sebetulnya banyak orang yang mencari komunitas kita dan ingin bergabung, tapi karena komunitas kita sulit dikenali, bagaimana mungkin orang lain mau bergabung.
Masukan dan ide sekecilpun apapun dari anggota komunitas jangan disepelekan dan wajib diperhitungkan. Ingat lho… tidak sedikit sesuatu yang luar biasa diawali oleh ide yang dianggap sepele. Apalagi anggota yang baru bergabung, setiap pendapatnya bisa jadi itu 80 % gambaran dari orang yang belum bergabung dalam memandang dan menilai komunitas kita. Jangan ragu untuk berbenah, pepatah mengatakan : “daripada maju terus tapi sudah pasti masuk ke jurang, lebih baik mundur dulu dan cari jalan lain”.
 
Branding
Ini salah satu kalimat yang sering saya sampaikan dikomunitas apapun, bahkan di organisasi manapun yang saya ikuti. Pada salah satu cuplikan iklan shampo, Mas Helmy Yahya (yang kredibilitasnya tidak diragukan lagi) pernah mengatakan “Kesuksesan seorang pengusaha dapat diukur dari kemampuan dalam promosi dan penjualan”. (Tapi sayang saya belum bisa menjadi ahli promosi). Bukannya bermaksud menjual suatu komunitas jika sudah berkembang, tapi bagaimanapun sebuah komunitas harus mempunyai nilai jual, terkecuali kalau memang komunitas yang sobat bangun tidak memerlukan biaya untuk kelangsungan hidupnya.
Bisa saya tegaskan, komunitas non-profit sekalipun tetap harus memiliki nilai jual. Contoh : Sobat tahu kan situs ensiklopedia terbukan online terbesar di dunia ?, ya WikiPedia. WikiPedia merupakan salah satu contoh proyek non-profit yang dibangun dengan dasar komunitas. Saat ini, untuk pengelolaan WikiPedia memerlukan biaya yang sangat besar, dan semua biaya yang besar tersebut ditanggung dari donasi dan oleh karena itulah tidak ada celah iklan di situs WikiPedia. Sebagai catatan, Siapa yang mau berdonasi jika WikiPedia tidak memiliki nilai jual ?. Sebagai masukan tambahan, banyak hal yang dapat mengukur nilai jual, selain nominal juga manfaat.
Tidak terlalu rumit dan muluk-muluk untuk branding, setiap member bisa merasa nyaman dan betah saja itu sudah merupakan senjata promosi yang jitu. Tujuan branding-nya jangan dulu bagaimana mencari sponsor atau donatur, tapi bagaimana komunitas tersebut mempunya member yang banyak. Prinsip orang atau perusahaan mau iklan itu sederhana,
Dimana Banyak Orang, Kami Siap DatangDimana Banyak Pengunjung Masuk, Distulah Kami Duduk.
Nilai Manfaat
Seberapa manfaatkah komunitas yang sobat ikuti ?, ok… tidak perlu dijawab. Nikmati aja dulu dengan senang hati, kalau nanti sobat merasa jenuh, itu artinya kurang bermanfaat. Tolak ukur manfaat ini macam-macam, semacam-macam juga tujuan orang bergabung di komunitas tersebut. Kalau orang yang bergabung tujuannya untuk menambah wawasan maka ketika tujuannya tersebut terus-menerus terpenuhi maka ia bisa bilang “ok, komunitas ini bermanfaat banget buat gue“. Begitu juga yang tujuannya ingin menambah kawan untuk relasi bisnis, ketika komunitas tersebut memberikan peluang iapun akan berkata kalau komunitas yang ia ikuti bermanfaat. Sederhananya, komunitas yang bermanfaat adalah komunitas yang bisa menjadi ruang untuk tercapainya tujuan setiap membernya tetapi tidak terlepas dari kesamaan dasar dalam komunitas tersbut.

Kadang, komunitas itu seperti AK-47, tempat pelurunya sama-sama di magazin tapi tujuan tembaknya belum tentu sama.

Nilai manfaat ini juga yang harus dimasukan kedalam analisa atau evaluasi, keadaan bisa berubah, siklus bisa bisa berganti. Kadang untuk menjadikan sebuah komunitas dapat terus berkembang kita harus mampu beradaptasi dengan perkembangan yang ada. Nilai manfaat yang dirasakan akan lebih baik lagi jika tidak hanya dirasakan oleh bagian dari komunitas tersebut, tetapi juga oleh masyarakat dimana komunitas tersebut berada.
Baik sobat, demikin sedikit coret-coretan di waktu lengang saya, mohon maaf atas segala kekurangannya, dinanti kritikan dan masukannya. Salam…

D`GESEX KDRT Community

Reff: rosid.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar